Untuk memperkuat sinergi antara pendidikan vokasi dan dunia industri, Politeknik Negeri Jember (Polije) telah memprakarsai diskusi komprehensif mengenai implementasi Praktik Kerja Lapangan Terstruktur (Structured Internship/SIGL). Inisiatif ini merupakan bagian dari kerja sama yang sedang berlangsung dengan proyek Swisscontact – Skill for Competitiveness (S4C) yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (KADIN Jatim).
Program ini diawali dengan kunjungan ke lima mitra industri utama Polije. Kunjungan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan menyusun dokumen Rencana Pembelajaran di Dunia Usaha dan Dunia Industri (RPV) serta membangun fondasi yang diperlukan untuk pelaksanaan SIGL ke depannya. Masing-masing dari lima perusahaan terpilih telah berkomitmen untuk melaksanakan praktik kerja lapangan terstruktur selama satu semester penuh, sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja nyata yang selaras dengan latar belakang akademiknya.
Selama kunjungan ke perusahaan, juga dilakukan sesi pendampingan (coaching) dengan bimbingan teknis dari KADIN Jatim. Sesi ini difokuskan pada penyusunan dokumen RPV yang sesuai dengan spesifikasi industri dan penentuan standar yang diperlukan agar praktik kerja lapangan berjalan efektif dan terukur.
Jurusan Teknologi Produksi Pertanian berperan strategis dalam menentukan industri mana saja yang akan dilibatkan dalam program ini. Prioritas diberikan kepada perusahaan yang sebelumnya telah merekrut mahasiswa magang Polije menjadi karyawan tetap. Hal ini dilakukan untuk memastikan relevansi dan efektivitas program magang terstruktur.
Sebagai hasil dari inisiatif ini, telah teridentifikasi 20 industri yang kompatibel sebagai mitra resmi dalam proyek percontohan ini. Industri-industri tersebut telah menunjukkan kesiapan dan komitmen untuk membimbing serta melatih mahasiswa Polije di lingkungan kerja nyata.
Kiki Hendarin dari S4C menekankan pentingnya memilih mitra industri yang tepat. “Industri yang dipilih adalah mereka yang sebelumnya pernah merekrut mahasiswa setelah magang, artinya sudah familiar dengan program ini. Akan lebih baik jika industri tersebut sudah memiliki In-CT Trainers atau In-CT Mentors agar praktik kerja terstruktur dapat terukur dan menghasilkan output yang baik. Namun hal ini bukanlah syarat mutlak yang membatasi kemampuan industri untuk mendidik. Yang terpenting adalah industri tersebut memiliki sistem magang yang baik, meskipun belum ada In-CT Trainers. Ini adalah tugas bersama antara S4C dan Polije untuk menemukan lokasi magang terbaik,” ujarnya.
Surateno, S.Kom., M.Kom., Wakil Direktur Bidang Akademik Polije, menambahkan, “Sesuai regulasi terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Bidang Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek), kurikulum Polije akan diperbarui pada tahun 2025. Pembaruan ini bertujuan untuk menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri. Dengan adanya intervensi dari S4C, kami berharap kurikulum ini dapat di-embed (disematkan) tanpa harus diubah total, sehingga lebih sesuai dengan perkembangan pendidikan vokasi dan kebutuhan industri,” jelasnya.
Program praktik kerja lapangan terstruktur ini diharapkan menjadi salah satu komponen penting dalam transformasi pendidikan vokasi di Polije, sehingga lulusan tidak hanya memiliki kompetensi akademik tetapi juga siap kerja sesuai kebutuhan industri. (rda)